Tahun 1814 Britania wajib menyerahkan Palembang kepada Belanda sesuai dengan kesepakatan yang tertuang di dalam konvensi London, namun serah terima secara resmi baru dilaksanakan dua tahun kemudian, yaitu tahun 1816. Hal pertama yang dilakukan Belanda setelah penyerahan adalah mengangkat Herman Warner Muntinge/HWM sebagai komisaris loji milik belanda. Misi pertama HMW adalah mendamaikan dua sultan yaitu Sultan Mahmud Badarudin ll/ SMB ll dengan adiknya Husin Diauddin / HD yang sebelumnya berseteru. Misi HMW berhasil, melalui sebuah kesepakatan SMB ll kembali naik tahta tahun 1818, sementara HD dipindahkan ke Batavia yang kemudian pada akhirnya dibuang ke Cianjur. Sejak semula Belanda selalu mencurigai gerak gerik raja-raja melayu, karena itulah HMW melakukan investigasi dengan alasan meninjau aset-aset perusahaan di pedalaman yang merupakan wilayah kesultanan Palembang. Ketika HMW tiba di Muara Rawas, pengikut SMB ll yang masih setia saat itu menyerang pasukan HMW. Mendapatkan serangan tersebut HMW kemudian berencana untuk menyerang balik, pertempuran pun tak terelakan lagi, pada tahun 1819 terjadi perang menteng, dalam perang terdahsyat pada waktu itu, pasukan Belanda banyak yang tewas, sampai keesokan harinya perang berlanjut, pasukan SMB ll tetap menang, akhirnya HME melarikan diri ke Batavia. Belanda tidak terima dengan kekalahan tersebut, karena itulah Belanda mengirimkan pasukan dengan jumlah dua kali lipat, agar bisa merebut kembali Palembang dari tangan SMB ll. Rencananya Belanda akan mengangkat ponakan SMB ll bernama Pangeran Jayaningrat untum mengantikan posisi SMB ll. Mendengar kabar Belanda akan balas dendam, SMB ll memerintahkan pasukannya membangun benteng-benteng di sepanjang sungai musi untuk pertahanan. Pada tahun 1819 pecahlah perang di atas sungai musi, sejumlah meriam yang sudah disiagakan di pinggiran sungai musi oleh pasukan SMB ll ditembakan ke kapal kapal milik Belanda, melihat persiapan yang matang dari pasukan SMB ll, akhirnya Belanda pun kembali Ke Batavia. SMB ll kemudian melakukan restrukturisasi pemerintahan, hal ini dilakukan untuk persiapan jikalau Belanda kembali menyerang, putra mahkota, pangeran ratu diangkat sebagai sultan dengan gelar Ahmad Najamudin lll, sementara SMB ll sendiri menjabat sebagai susuhunan. Pada tahun 1821 sesuai prediksi, Belanda datang lagi dengan membawa pasukan yang lebih banyak. Pada tahun yang sama tepatnya dibulan Juni terjadi lagi kontak senjata antara Belanda dengan pasukan SMB ll, lagi-lagi pasukan Belanda kalah dalam perang tersebut. Akhirnya Belanda mengajak SMB ll berunding, disepakatilah pada hari jumat dan minggu perang dihentikan, karena bagi pasukan SMB Il, hari jumat adalah hari yang pendek karena harus sholat jumat, sementara hari minggu merupakan hari untuk beribadah bagi Belanda. Kesepakatan tersebut di langgar oleh Belanda, tanggal 24 Juni 1821 dini hari, saat pasukan SMB ll sedang santap sahur, kebetulan saat itu masuk bulan suci ramadhan, Belanda melancarkan serangan dadakan, karena tidak menyangka akan diserang, pasukan SMB ll kocar kacir, dan akhirnya pada tanggal 25 Juni 1821 Belannda berhasil mengalahkan pasukan SMB ll, Palembang akhirnya jatuh ke tangan Belanda. Tanggal 4 Syawal SMB ll dan keluarganya di bawa ke Ternate untuk diasingkan, sementara beberapa sanak saudara SMB ll yang sempat melarikan diri, pergi ke Marga Sembilan, sekarang dikenal dengan daerah Ogan Komering Ilir. Di Ternate itulah SMB ll menetap sampai akhir hayatnya.
No comments:
Post a Comment