Seorang ayah (Salim) menabung mati-matian buat biaya anaknya (Mushab) masuk kuliah di Universitas terbaik. Dia sengaja meminta anaknya memilih universitas terbaik, agar nanti ketika anaknya mencari kerja akan lebih mudah mendapatkannya dibandingkan lulus dari Univeritas yang biasa-biasa saja.
Salim memberikan kebebasan kepada anaknya memilih profesi sesuai dengan keinginan si anak. Mushab sejak dulu ingin jadi wartawan televisi. Mushab mendaftar di salah satu Universitas terbaik tanah air,dan mengambil jurusan Komunikasi, salah satu jurusan yang sejalur dengan profesi wartawan.
Sayangnya ketika Mushab mengikuti tes masuk ke Universitas tersebut, Mushab dinyatakan tidak lulus dan harus menunggu satu tahun lagi. Mushab kecewa dengan kenyataan yang ada, beragam usaha yang telah dilakukannya agar lulus Tes masuk Universitas incarannya itu gagal total. Mushab terpaksa harus menunggu satu tahun lagi untuk bisa mendaftar ke Universitas idamannya itu. Berbeda dengan Mushab, pak Salim tidak kecewa dengan hasil tes anaknya, karena dia tahu betul bahwa anaknya telah belajar sungguh-sungguh, soal hasilnya tidak lulus, baginya itu sudah takdir, apalagi masih ada tahun depan.
Mushab diminta ayahnya untuk ikut sejumlah les, sambil menunggu tes tahun depan, Namun Mushab meminta izin kepada ayahnya, agar dia diizinkan les sambil bekerja, Mushab tidak ingin waktunya habis percuma, dan kalau kegiatannya hanya les saja, Mushab takut bosan. Akhirnya Mushab menjadi supir pribadi salah seorang konglomerat (Umair).
Meskipun penghasilan Mushab terbilang kecil namun Mushab enjoy menjalaninya, karena kebetulan pak Umair sangat baik kepadanya. waktu terus berjalan tanpa terasa satu tahun telah berlalu. Universitas pilihan Mushab membuka lagi penerimaan mahasiswa baru.
Saat itu Mushab memutuskan tidak mendaftar ke Universitas tersebut, selain karena sudah menikmati pekerjaannya, Mushab juga memikirkan ayahnya yang harus membiayai sekolah kedua adiknya, Mushab khawatir ayahnya akan kesulitan jika harus membiayai ketiga anaknya, makanya dia mengalah demi adik-adiknya.
Pak Umair sangat senang kepada Mushab, selain rajin dan jujur, Mushab juga pintar lagi pula tampan. Pak Umair kemudian berencana menikahkan anak semata wayangnya dengan Mushab, nantinya setelah menikah pak Umair akan menyerahkan semua bisnis dan asetnya termasuk stasiun televisi yang dimilikinya kepada Mushab dan anaknya.
Singkat cerita Mushab menikah dengan anak pak Umair, semua bisnis pak Umair dikelola oleh Mushab, tidak terkecuali stasiun televisi, Mushab menjadi direktur utama televisi milik pak Umair. Pada saat stasiun televisi yang dikelola Mushab membutuhkan pegawai baru, banyak dari teman seangkatan Mushab yang dulu lulus tes di Universitas tujuan Mushab melamar ke stasiun televisi tersebut.
Mereka kaget begitu tahu Mushab adalah direktur utama dari stasiun televisi tempat mereka melamar kerja. Dalam hatinya Mushab berkata, tanpa bermaksud menyombongkan diri, "dulu aku dikalahkan mereka. aku ngak lulus sementara mereka lulus, tapi kini mereka malah melamar kerja untuk menjadi stafku, subhanallah, allah punya rencana sendiri atas takdirku".
Apa yang dialami oleh Mushab bisa menjadi contoh, bahwa Allah itu punya rencana sendiri atas diri kita, sesuatu yang tampak pahit di awal, tapi akan manis pada akhirnya. Jangan langsung kecewa begitu melihat keadaan tidak sesuai dengan yang kita inginkan, semuanya pasrahkan saja kepada Allah, biarkan Allah yang mengatur, tugas kita hanya berdoa dan berusaha.
No comments:
Post a Comment