Dua hari lalu saya diajak teman-teman makan siang di sebuah
warung pinggir jalan di bilangan Rawamangun Jakarta Timur, kalau melihat dari
sisi bangunan warungnya, sama sekali tidak ada istimewa, hanya warung biasa dan
terkesan sangat sederhana, Hanya saja saya sedikit heran karena saat itu yang
makan di warung tersebut kebanyakan orang-orang kantoran dengan pakaian rapi,
ada juga beberapa yang pake seragam PNS.
Suasana warung makan tersebut saat itu sangat
ramai, kami terpaksa harus menunggu dulu di luar warung karena tempat duduk
tidak ada yang kosong. Setelah
lebih kurang 15 menit kami menunggu, barulah
kami dapat tempat duduk, begitu pula saat memesan menu, kami harus sabar
menunggu
karena pelayan warung nampak
sibuk meladeni pesanan yang ada sebelum pesanan kami. Saya juga melihat banyak
sekali pesanan pembeli yang dibungkus. Melihat ramainya pembeli, saya langsung
mengambil kesimpulan bahwa warung makan dengan bangunan sederhana ini pasti menyediakan
menu andalan yang super lezat, kalau tidak tentu saja orang malas datang ke
warung ini karena bangunannya sederhana, apalagi letaknya di pinggir jalan, debu
banyak, cari tempat parkir susah, pengamen datang silih berganti, pokoknya no recommended.
Saya tanya ke teman : “menu andalan tempat ini apa” ?, “ayam penyet plus tahu
dicampur sambal ulek mentah”, jawab teman saya, mendengar jawaban itu, saya langsung
pesan menu tersebut. Kira-kira 20 menit
kemudian, menu pesanan kami datang. Jika dilihat sekilas ayam penyet plus tahu yang
dicampur sambal ulek mentah nampak biasa saja, seperti yang nampak dalam foto,
tapi setelah saya mencicipi sambal mentahnya, selera makan saya langsung muncul,
belum pernah selama ini saya makan sambal sedahsyat sambal tersebut, saking
enaknya, ngak bisa saya diskripsikan dengan kata-kata, pokoknya nampol banget,
apalagi rasa pedasnya, luar biasa. Saya mulai merapatkan kotak tisu yang ada
agak jauh dari tempat duduk saya, karena saya tahu pasti keringat akan bercucuran,
apalagi nasi yang di hidangkan masih panas. Meski yang saya makan hanya ayam
penyet plus tahu yang hanya ditemani lalapan saja, tapi saya makan kayak orang
abis nguruk tanah, saya nambah nasi sampai 1,5 piring, untungnya orang yang ada
di kanan dan kiri pada sibuk makan, kalau tidak pastilah mereka kasih komentar,
“pak, sudah berhari ngak makan” atau “bapak korban banjir ya, sudah dapat
bantuan belum”. Setelah menyantap menu tadi, saya langsung memuji teman saya
itu, “mantap juga selera makan ente”. Begitulah saudara-saudara sebaiknya
jangan under estimate alias meragukan masakan warung pinggir jalan, sebelum
mencicipi makanan yang ada di warung tersebut, karena boleh jadi bangunan restauran
yang megah sekalipun, tidak menjamin
menunya
sesuai denga selera kita dan sebaliknya meskipun dijual di gubuk reot
sekalipun, belum tentu rasa makanannya seburuk bangunan tempat makanan tersebut
dijual. Sekian dulu dan terima kasih.
No comments:
Post a Comment