Lagi-lagi terjadi, setelah beberapa tahun lalu sudah memakan korban, kini kejadian serupa terulang lagi, seolah tidak kapok kapoknya melakukan tradisi lama yang jelas-jelas lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya, siswa senior ngerjain siswa junior sampe meninggal.
Kalo ditanya pasti para pelaku bilang tidak berniat melakukannya, Dan hanya sekedar menjalankan tradisi, mereka ngak tau betapa sedihnya orang tua korban, yang sudah membesarkan dan menyekolahkan anaknya, dengan harapan agar Anak mereka kelak jadi pribadi yang membanggakan keluarga, semua harapan itu pupus dan putus di tengah jalan hanya Gara-Gara tradisi konyol tersebut.
Berawal dari ide salah seorang siswa tingkat dua/senior sebuah sekolah pelayaran, mengajak siswa senior lainnya untuk melakukan perpeloncoan terhadap adik tingkatnya/junior. Ajakan tersebut disetujui oleh siswa senior lainnya.
Para senior yang sudah siap ngerjain Adik tingkatnya ini, memanggil 6 orang adik juniornya, agar segera menghadap mereka. Sebagai warga baru, keenam siswa tingkat satu itu memenuhi panggilan para senior nya.
Begitu sampai di kamar kakak-kakak seniornya yang terletak di lantai dua bangunan asrama akademi pelayaran tersebut, lalu satu persatu siswa baru ini dikerjain seniornya, sampai kemudian salah satu siswa inisial AAP meninggal dunia.
Tidak heran jika perpoloncoan saat itu memakan korban, karena satu persatu junior di duga kuat menerima pukulan di sejumlah bagian tubuh mereka, seperti ulu Hati, Dada, DLL.
Polisi Masih melakukan penyidikan Kasus ini, kabarnya selain kelima senior yang diduga sebagai pelaku sudah Jadi tersangka, dan masih ada kemungkinan pelaku bertambah. Ngerjain Adik tingkat atau pelonco ini sebenarnya sudah dilarang keras oleh pihak sekolah pelayaran tersebut, namun bisa jadi karena pengawasan pihak sekolah tidak maksimal, sehingga tradisi perpoloncoan ini masih saja dilakukan oleh siswa senior.
Saya kira ada benarnya jika sekolah pelayaran itu tidak menerima siswa baru untuk sementara, sampai siswa-siswa lama lulus, sehingga rantai perpeloncoan tersebut terputus, sehinggaTradisi melampiaskan dendam siswa senior kepada siswa junior hilang.
Tanpa bermaksud membela para pelaku, Sebenarnya pelaku juga merupakan korban dari tradisi peloncoan, besar kemungkinan mereka pun dulunya pernah dikerjain seniornya, lalu dendam itu dilampiaskan kepada adik-adik juniornya, karena itulah penting sekali memutus tradisi kekerasan itu di lingkungan sekolah.
Banyak cara yang bisa dilakukan para siswa untuk menghindari pengawasan pihak sekolah. Kalau hanya pengawasan yang dijadikan satu-satunya jalan mengatasi tradisi perpeloncoan tentu tidak akan efektif, karena pengawasan bisa saja melemah, Tapi Kalo tradisi itu diputus, maka bisa dipastikan tidak ada lagi keinginan siswa senior melakukan Hal yang sama Terhadap adik juniornya, karena mereka sendiri tidak menjadi korban pelonco saat masih yunior.
Banyak cara yang bisa dilakukan para siswa untuk menghindari pengawasan pihak sekolah. Kalau hanya pengawasan yang dijadikan satu-satunya jalan mengatasi tradisi perpeloncoan tentu tidak akan efektif, karena pengawasan bisa saja melemah, Tapi Kalo tradisi itu diputus, maka bisa dipastikan tidak ada lagi keinginan siswa senior melakukan Hal yang sama Terhadap adik juniornya, karena mereka sendiri tidak menjadi korban pelonco saat masih yunior.
No comments:
Post a Comment