Saturday 24 October 2015

Ayam Tahu Penyet Dicampur Sambal Ulek Mentah

Dua hari lalu saya diajak teman-teman makan siang di sebuah warung pinggir jalan di bilangan Rawamangun Jakarta Timur, kalau melihat dari sisi bangunan warungnya, sama sekali tidak ada istimewa, hanya warung biasa dan terkesan sangat sederhana, Hanya saja saya sedikit heran karena saat itu yang makan di warung tersebut kebanyakan orang-orang kantoran dengan pakaian rapi, ada juga beberapa yang pake seragam PNS.  Suasana warung makan tersebut saat itu sangat ramai, kami terpaksa harus menunggu dulu di luar warung karena tempat duduk tidak ada yang kosong. Setelah   lebih kurang 15 menit kami menunggu, barulah kami dapat tempat duduk, begitu pula saat memesan menu, kami harus sabar menunggu  karena pelayan warung nampak sibuk meladeni pesanan yang ada sebelum pesanan kami. Saya juga melihat banyak sekali pesanan pembeli yang dibungkus. Melihat ramainya pembeli, saya langsung mengambil kesimpulan bahwa warung makan dengan bangunan sederhana ini pasti menyediakan menu andalan yang super lezat, kalau tidak tentu saja orang malas datang ke warung ini karena bangunannya sederhana, apalagi letaknya di pinggir jalan, debu banyak, cari tempat parkir susah, pengamen datang silih berganti, pokoknya no recommended. Saya tanya ke teman : “menu andalan tempat ini apa” ?, “ayam penyet plus tahu dicampur sambal ulek mentah”, jawab teman saya, mendengar jawaban itu, saya langsung  pesan menu tersebut. Kira-kira 20 menit kemudian, menu pesanan kami datang. Jika dilihat sekilas ayam penyet plus tahu yang dicampur sambal ulek mentah nampak biasa saja, seperti yang nampak dalam foto, tapi setelah saya mencicipi sambal mentahnya, selera makan saya langsung muncul, belum pernah selama ini saya makan sambal sedahsyat sambal tersebut, saking enaknya, ngak bisa saya diskripsikan dengan kata-kata, pokoknya nampol banget, apalagi rasa pedasnya, luar biasa. Saya mulai merapatkan kotak tisu yang ada agak jauh dari tempat duduk saya, karena saya tahu pasti keringat akan bercucuran, apalagi nasi yang di hidangkan masih panas. Meski yang saya makan hanya ayam penyet plus tahu yang hanya ditemani lalapan saja, tapi saya makan kayak orang abis nguruk tanah, saya nambah nasi sampai 1,5 piring, untungnya orang yang ada di kanan dan kiri pada sibuk makan, kalau tidak pastilah mereka kasih komentar, “pak, sudah berhari ngak makan” atau “bapak korban banjir ya, sudah dapat bantuan belum”. Setelah menyantap menu tadi, saya langsung memuji teman saya itu, “mantap juga selera makan ente”. Begitulah saudara-saudara sebaiknya jangan under estimate alias meragukan masakan warung pinggir jalan, sebelum mencicipi makanan yang ada di warung tersebut, karena boleh jadi bangunan restauran yang megah sekalipun, tidak menjamin  menunya sesuai denga selera kita dan sebaliknya meskipun dijual di gubuk reot sekalipun, belum tentu rasa makanannya seburuk bangunan tempat makanan tersebut dijual. Sekian dulu dan terima kasih.   

   

No comments:

Post a Comment