Sudah sejak dulu warga tionghoa sering datang ke tanah Swarnadwipa/Sumatera, kedatangan mereka ini mempunyai beragam tujuan, ada yang berdagang, pertukaran budaya, penyebaran agama islam, ada pula yang belajar bahasa sansekerta, saat itu sumatera menjadi pusat perkembangan bahasa sansekerta.
Beberapa warga tionghoa menikah dengan penduduk asli sumatera, penduduk negeri tirai bambu ini tinggalkan negeri asal mereka untuk membangun keluarga mereka di tanah Sumatera.
Pasca runtuhnya kerajaan sriwijaya, tanah sumatera sempat di duduki oleh perompak.
Para perompak yang biasa hidup di laut ini memilih hidup di daratan karena kosongnya kekuasaan di tanah sumatera setelah sriwijaya runtuh di serang majapahit dan kroni kroninya.
Sebagian
berpendapat bahwa sifat pemberani dan jiwa petarung yang dimiliki
warga Palembang di dapat dari kakek moyang mereka yang dulunya merupakan
perompak.
Pemerintahan tionghoa saat itu mengutus Laksamana Cheng ho untuk mengusir para perompak dari tanah Sumatera.
Melalui peperangan yang cukup alot akhirnya pasukan cheng ho berhasil mengusir para perompak tersebut, meski berhasil mengalahkan perompak namun tidak semua perompak diusir dari tanah Sumatera, bagi perompak yang sudah tobat, mereka diizinkan untuk menetap bersama keluarga di tanah Sumatera.
No comments:
Post a Comment