Friday 5 January 2018

Busyett..Selera Makan Anak ku Porsi Jumbo



Geli melihat anak sulung Saya saat makan satu loyang pizza sendirian. Tadinya saat beli pizza tersebut, istri Saya sempat Tanya apakah bisa pizza ini dipotong empat, karena ukurannya cukup lebar kalo dimakan sendirian, apalagi yang makan adalah anak-anak bukan orang dewasa. 

Sayangnya penjual pizza bilang, tidak bisa dipotong Dan lazimnya memang dijual satu loyang tanpa dipotong. 

Setelah bayar ke kasir, istri pamit ke toilet bersama si bungsu, sementara si sulung ikut Saya menuju ke parkiran Mobil. 

Begitu sampai di dalam Mobil, si sulung langsung meminta pizza yang masih terbungkus plastik putih. Saat Saya mengeluarkan pizza dari plastik Dan bermaksud untuk membelah pizza itu, tiba-tiba si sulung langsung meminta pizza tersebut utuh satu loyang, dia tidak mau pizza tersebut Saya potong terlebih dahulu. 

Sebenarnya saat tiba di mall beberapa  menit lalu, saya, istri Dan kedua anak kami sudah makan Bakso ikan, Saya sengaja beli Bakso ikan 4 porsi, Saya lihat hanya si bungsu yang tidak menghabiskan Bakso ikan, sepertinya perutnya keburu kenyang sehingga menyisakan cukup banyak Bakso ikan di dalam piring. 

Melihat sisa Bakso ikan di piring adiknya, tanpa basa Basi, si sulung langsung mencaplok satu Demi satu Bakso ikan tersebut. Makanya saya geli melihat si sulung yang sebelumnya telah makan Bakso ikan sepiring setengah, kemudian sekarang makan satu loyang pizza yang cukup lebar sendirian, Saya saja merasa perut masih kenyang Setelah makan Bakso ikan sepiring.

Apakah hal ini adalah bukti kebenaran dari pribahasa buah Jatuh Tak jauh dari pohonnya. 

Saya masih ingat sampai sekarang, banyak saudara yang bilang bahwa sejak kecil Saya punya selera makan ukuran jumbo. Saat umur balita selera makan saya sama seperti anak umur 5 tahun ke atas. Ibu pernah bilang bahwa saya bisa makan pisang ambon dua buah saat masih digendong, umur 3 tahun selalu makan sepiring penuh, bahkan seringkali nambah. ketika umur 5 tahun, pempek kapal selam ukuran besar bisa saya habiskan 3 sampai 4 buah. 

Pernah ada cerita lucu saat saya masih duduk dibangku kuliah, saat itu sepulang dari kampus yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota, yaitu sekitar 35 km. perut terasa begitu keroncongan, maklum saja, hari itu kuliah dari pagi sampai sore. 

Sebenarnya perut sempat ke isi nasi uduk sebelum berangkat kuliah, seperti biasa saat itu pagi-pagi sekali seusai sholat subuh, almarhumah nenek tercinta (semoga allah SWT menerima segala amal baiknya dan mengampuni segala dosa-dosanya.aminn) membeli dua bungkus nasi uduk untuk saya, nenek sudah tahu selera makan cucunya ini, makanya dibeliin langsung dua bungkus, dan nasi uduk itu selalu saya "selesaikan" tak bersisa. 

Begitu sampai di pusat kota, saya dan dua teman kuliah memutuskan mampir ke restauran yang menyediakan makanan khas warga india yang sudah terkenal sejak lama di kota saya, yaitu martabak Har. Saking sudah terkenal sejak lama, martabak har ini mengalami asimilasi budaya kuliner sehingga menjadi makanan khas palembang.

Sampai di dalam restauran, kami memilih lokasi "pembantaian" di lantai dua, kenapa saya sebut pembantaian?, karena kami bertiga sudah bertekad menuntaskan rasa lapar yang teramat sangat itu di restauran martabak har ini, sepanjang perjalanan dari kampus menuju pusat kota, tidak ada sepatah kata yang keluar kecuali kesepakatan makan martabak har.

Begitu pelayan menyodorkan kertas menu kepada kami, langsung saja kami pesan martabak double untuk masing-masing orang, si pelayan hanya tersenyum melihat pesanan kami itu. Tidak berapa lama kemudian, pelayan itu datang membawa pesanan kami. Tanpa berkata-kata lagi, kami pun melahab martabak yang sudah tersaji di depan mata, kami larut dalam kenikmatan rasa martabak har, sehingga tak ada lagi obrolan, cerita, canda dan tawa, semua perhatian tertuju pada martabak. 

"Ada yang mau nambah", saya coba memecah keheningan suasana, "boleh" kata salah satu temanku, sementara yang satunya lagi, tidak merespon, dan masih menghabiskan beberapa potongan kecil martabak di atas piringnya. "bang, saya minta double lagi ya" kata saya kepada pelayan, "aku satu saja" kata temanku yang tadi bilang mau nambah juga.

Pesanan pun datang, ronde kedua dimulai, keheningan kembali terjadi, fokus atensi lagi-lagi tertuju pada martabak. Tak jauh berbeda dengan yang pertama tadi, hanya butuh durasi singkat untuk menuntaskan double martabak yang kedua, herannya perut seolah masih minta untuk diisi lagi. "ada yang mau nambah lagi" kata saya kepada teman-teman. "saya sudah cukup" kata teman yang masih mengunyah martabak ronde kedua. "aku pas", kata teman yang satu lagi.

Aku memanggil pelayan lagi, "bang, satu lagi ya" kata saya kepada pelayan. Pelayan itu kembali tersenyum, sambil berkata "busyett, makannya banyak juga, sama dengan pembeli yang di lantai satu tadi, habis tujuh martabak, tapi dia petinju profesional, jadi wajar makan 7 martabak, nah kalau anda bukan petinju tapi makan 5, bagaimana kalo anda petinju, mungkin bisa 10 martabak. "bukan cacing dalam perutnya bang, tapi anaconda" kata teman saya bermaksud canda dengan si pelayan.

Kata-kata pelayan restauran itu masih terus teringat sampai sekarang, terkadang bikin senyum-senyum sendiri kalo pas terbayang. Selera makan jumbo itu relatif sudah berkurang saat ini, tapi hobi berburu  makanan enak masih ada sampai sekarang. 

kelihatannya Si sulung mewarisi hobi makan enak dari saya, boleh jadi porsinya juga sama, yaitu porsi jumbo. 

No comments:

Post a Comment