Wednesday 5 July 2017

Almarhum Dipertemukan Denganku Melalui Mimpi



Sore itu udara kota Mekah sudah mulai sedikit adem, sinar matahari yang tadinya begitu terik dan terasa begitu menyenggat di kulit, kini perlahan mulai redup, sejumlah pohon tinggi besar yang ada di pinggir jalan menghalangi sinar matahari, sehingga kulit terasa lebih nyaman, waktu yang tepat untuk berkeliaran di kota Mekah. 

Aku memutuskan segera pergi menuju ke masjid ji`ronah yang merupakan salah satu tempat jemaah haji dan umroh melakukan miqat (berniat dan memakai ihrom) sebelum tiba di masjidil haram. Letak masjid ini kira-kira 25 KM dari kota Mekah.

Setelah prosesi miqad selesai dilakukan dan sudah memakai kain ihrom, Saya pun langsung menuju ke masjidil Haram. 

Sore itu suasana masjidil haram nampak ramai, sepertinya memang betul kata orang, masjidil Haram ini sepi hanya pada saat Kiswah / kain penutup kabah dibersihkan,  yang waktunya itu bertepatan dengan waktu wukuf di Arafah. Jika ada orang tidak berada di Arafah saat waktu wukuf tiba maka haji orang tersebut gugur, karena itulah semua jamaah berkumpul di Arafah, jadinya masjidil haram sepi pengunjung. 

Begitu sampai di pelataran bagian dalam masjidil haram, tempat kabah berada, aku berdoa kepada Allah swt, agar bisa dipertemukan langsung dengan ayah yang sudah meninggal belasan tahun yang lalu. 

Sebetulnya ada kekhawatiran di hati terkait doa tersebut, karena menurut pemikiranku, doa tersebut agak aneh bahkan bisa dikatakan nyeleneh. Bayangkan saja, minta dipertemukan dengan orang yang telah meninggal, bukankah alamnya saja sudah beda, namun karena doa itu sudah lama terpendam di hati sanubariku, dan aku diberikan kesempatan berada di tempat yang paling tepat untuk berdoa, karena semua doa yang diucapkan di sini pasti akan dikabulkan, Makanya niatku tetap bulat untuk memanjatkan doa tersebut, tentu dengan meminta maaf terlebih dahulu kepada Allah SWT. 

Aku pikir sesuatu yang tidak mungkin terjadi menurut kita, belum tentu sama dengan kehendak Allah, pokoknya bismillah saja. 

Berikut doaku saat itu : "Ya Allah aku ingin bertemu dengan ayahku di tempat ini, dan jika memang  Engkau tidak mengijinkan aku bertemu dengan almarhum, paling tidak temukanlah aku dengan orang yang sangat mirip ayahku". 

Setelah itu aku mulai melakukan tawaf. Mataku melihat satu persatu wajah jamaah lain yang berpapasan dengan ku. 

Begitu pula saat melakukan Sai dari Safa Ke Marwah, hampir seluruh wajah jamaah yang berada dekat ku tidak aku biarkan lolos dari pandangan mata ku. 

Selesai melakukan tawaf dan sai yang pertama, sepertinya doa ku belum dikabulkan, lalu akupun melakukan tawaf dan sai lagi, sambil berharap di kali kedua ini aku bertemu ayahku, dan ternyata masih nihil juga, aku pun melakukan lagi tawaf dan sai yang ketiga, ternyata tetap saja tidak terjadi seperti yang diharapkan. 

Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, sempat ada rasa kecewa karena doa ku tidak dikabulkan, untungnya aku cepat sadar, mungkin doa ku itu memang nyeleneh, sehingga tidak dikabulkan, kekecewaan itupun perlahan sirna. 

Selepas sholat isya di masjidil Haram, aku kemudian pulang ke asrama departemen agama tempat aku tinggal selama di mekah. Badan terasa capek setelah melakukan tawaf dan sai tiga kali, karena itulah, begitu sampai di asrama, aku langsung menuju kamar. 

Setelah beberapa saat duduk dalam kamar, aku mengambil handuk yang tergantung di kursi, rasanya pingin segera mandi karena badan agak lengket akibat tadi mengeluarkan cukup banyak keringat. 

Setelah mandi dan makan beberapa roti, mataku mulai terasa berat, mungkin karena kecapekan, kulihat jam menunjukan pukul 22.30 waktu setempat, tidak berapa lama kemudian aku pun terlelap.

Aku terkejut setengah mati, melihat kakak ku dan ayah ku memanggil aku, saat itu kulihat dengan jelas sekali ayahku sedang duduk di kursi yang biasa almarhum gunakan, sementara kakak ku duduk di kursi yang ada di sebelah ayahku. 

Anehnya saat itu aku sadar bahwa aku sedang bermimpi, dan aku juga tahu bahwa melalui mimpi itulah jawaban doa ku tadi. Aku mendekat ke ayah ku, nampak jelas senyuman di wajahnya. meski jarak kami sudah saling dekat, namun tidak ada dialog sama sekali, hanya saling menatap sambil tersenyum.

Mimpi itu terasa sangat singkat sekali, tapi sangat berarti bagi ku, kerinduan ku kepada almarhum terlampiaskan dalam mimpi singkat itu, tidak itu saja mimpi itu juga membuat ku jadi semakin yakin bahwa doa yang dipanjatkan di masjidil haram pasti dikabulkan oleh allah SWT.     

No comments:

Post a Comment