Monday 3 July 2017

Hantu Di Rumah Sakit Itu Membantu Persalinan




Nia setengah memaksa agus suaminya pergi ke toko perlengkapan bayi yang ada di pusat kota, toko tersebut dipilih nia karena harga barang-barang yang di jual di sana terbilang lebih murah dibandingkan toko lainnya. 

Sebenarnya Agus keberatan dengan ajakan Nia , menginggat usia kandungan Nia yang sudah 7 bulan lebih dan letak toko yang Nia maksud cukup jauh dari rumah mereka, belum lagi mereka harus melewati hutan pohon karet yang cukup gelap, Agus khawatir motornya mengalami kerusakan di tengah jalan, namun karena Nia memaksa dengan alasan sudah tidak ada waktu lagi buat beli perlengkapan bayi mereka yang akan segera lahir membuat agus mengikuti ajakan istrinya itu.

Kebetulan Agus belakangan ini selalu dapat tugas ke luar kota, sehingga tidak punya waktu untuk mengantarkan Nia membeli keperluan bayi mereka.

Akhirnya pasutri ini pun pergi menuju toko bayi pilihan Nia.

Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam 30 menit, Agus dan Nia sampai ke toko yang dituju. Saat itu jam menunjukan pukul 19.30 wib. 

Begitu masuk ke dalam toko, Nia langsung mencari barang-barang perlengkapan bayi yang ingin dibeli. Saat sedang asik memilih barang, tiba-tiba Nia merasakan perutnya tegang, wajah Nia berubah pucat dan sesekali meringgis menahan sakit. 

Agus menjadi panik melihat kondisi istrinya, dia khawatir waktu melahirkan datang lebih cepat dari perkiraan, apalagi dia dan istrinya sedang berada di toko yang jaraknya agak jauh dari rumah sakit tempat mereka biasa periksa kandungan selama ini. 

Setelah membayar barang-barang yang dibeli, Agus kemudian menitipkan barang-barang itu kepada pemilik toko.

Agus memberi tahu kepada pemilik toko dia akan mengambil barang-barangnya itu setelah mengantar istrinya ke rumah sakit.

Sebenarnya Agus ingin membawa Nia ke Rumah sakit terdekat, namun karena Nia bilang masih sanggup menahan rasa sakit perutnya, akhirnya Agus memutuskan membawa Nia ke Rumah sakit tempat mereka periksa kandungan selama ini. 

Agus tidak berani memacu motornya dengan kecepatan tinggi, karena Agus khawatir ban motornya masuk ke dalam lubang yang ada di sepanjang jalan yang mereka lalui, jika itu terjadi Agus takut hal tersebut akan membuat perut Nia semakin mules.

Agus belum hafal benar kondisi Jalan, maklum saja pasangan ini baru 5 bulan pindah ke Kabupaten tulang bawang Lampung, Agus dipromosikan menjadi kepala kantor cabang pembantu di Kota yang berbatasan dengan propinsi Sumatera selatan itu. 

Kira-Kira satu jam perjalanan, Nia memberitahukan kepada Agus bahwa perutnya terasa semakin sakit, Nia mengaku sudah tidak tahan lagi duduk di atas motor, dan Nia merasakan si cabang bayi sudah mau keluar dari perutnya. 

Beruntung di sebelah kiri jalan, Agus melihat ada rumah sakit, tanpa berpikir panjang lagi Agus mengarahkan motornya ke dalam rumah sakit tersebut dan langsung mencari ruang UGD.

Begitu sampai di depan ruang UGD, Agus mengendong Nia dan membawanya  masuk ke dalam ruang UGD. 

Situasi rumah sakit saat itu tidak terlalu ramai pengunjung, hanya nampak beberapa orang petugas medis dan pasien.

Agus melihat ada dua orang suster berjalan ke arahnya sambil mendorong tempat tidur buat Nia. 

Kedua suster itu kemudian membawa Nia ke ruang bersalin, tidak ada dialog sama sekali antara Agus ataupun Nia dengan kedua suster tersebut.

Sampai ke dalam ruang bersalin, kedua suster menutup pintu ruangan, lagi-lagi tanpa ngomong sepatah kata pun kepada Agus.

Agus tidak berpikir apapun terkait hal tidak lazim tersebut, yang ada di benaknya hanyalah keselamatan Nia dan bayi yang merupakan anak pertamanya. 

Tidak berapa lama kemudian, Agus mendengar suara tangis bayi, Agus merasa lega, Anaknya sudah lahir. 

Agus melihat seorang dokter dan kedua suster tadi keluar dari ruangan bersalin.

Ketiganya hanya tersenyum melihat Agus, dan berlalu begitu saja tanpa ada ucapan sedikitpun, sebenarnya Agus merasa agak aneh melihat ketiga orang itu, tapi karena perasaan lega anaknya telah lahir, membuat Agus tidak memikirkan keanehan ketiga orang tersebut.

Lama menunggu datangnya suster dan dokter tadi, membuat Agus inisiatif untuk melihat Nia dan anaknya yang masih berada di dalam Ruang bersalin, Agus ingin tahu seperti apa kondisi istri dan anaknya. 

Begitu masuk ke dalam Ruang bersalin, Agus melihat Nia sedang menyusui si cabang bayi.

Lalu Agus mendekati Nia yang masih nampak lemas setelah melahirkan. 

Tidak berapa lama kemudian, Agus berkata kepada Nia, kalau dirinya mau mengambil perlengkapan bayi yang tadi mereka titipkan ke pemilik toko, maksud Agus supaya barang-barang tersebut bisa langsung dipakai. 

Nia setuju dengan rencana Agus tersebut. Kemudian Agus berjalan menuju motornya.

Agus memacu motornya dengan kecepatan tinggi ke arah toko perlengkapan bayi tadi, sambil berharap toko tersebut belum tutup. 

Setelah menempuh 1 jam perjalanan, Agus sampai di toko yang dituju, tanpa buang waiting lagi Agus meminta barang-barang yang dia titipkan. 

" Bu, Saya mau ambil barang-barang yang tadi Saya beli, soalnya mau dipake sekarang", kata Agus kepada pemilik toko. 

" ya Pak, sudah saya siapkan, memangnya istri bapak sudah melahirkan?" Tanya pemilik toko. 

" Sudah bu, barusan tadi" jawab agus sambil mengikat barang-barang ke bagian belakang motornya. 

"Memangnya tadi melahirkan  di rumah sakit mana," Tanya pemilik toko.

"itu bu, rumah sakit yang ada di sebelah bekas SPBU" jawab Agus. 

Mendengar jawaban  Agus, pemilik toko jadi bingung, karena setahu dia selama ini tidak ada rumah sakit yang buka di sana, yang ada adalah bangunan tua bekas rumah sakit yang sudah lama tidak lagi beroperasi. 

Pemilik toko berpikir mungkin Agus salah sebut rumah sakitnya. Setelah kardus berisikan perlengkapan bayi yang tadi dia beli sudah diikat di belakang motornya, lalu Agus meninggalkan toko perlengkapan bayi tersebut. 

Satu jam kemudian agus sampai rumah sakit tersebut, Agus merasa heran melihat pemandangan di sekitar rumah sakit, bangunan rumah sakit itu kini tampak remang-remang, cahaya penerangan hanya berasal dari lampu jalan, kondisi itu berbeda jauh dengan kondisi saat agus mengantar Nia beberapa saat lalu. 

Perasaan tidak enak mulai dirasakan Agus, dia khawatir keselamatan istri dan anaknya yang ada di dalam ruangan bersalin rumah sakit itu. Sambil berlari Agus masuk ke dalam pintu rumah sakit, tidak ada satu orang pun ditemui Agus saat melalui selasar rumah sakit, semakin masuk ke bagian dalam rumah sakit, semakin terasa bulu kuduk agus berdiri, andai saja tidak ada istri dan anaknya tentu agus sudah meninggalkan tempat seram ini. 

Satu blok menuju ruang bersalin tempat istrinya berada, agus mendengar suara tangis perempuan, Agus mempercepat langkahnya karena dia tahu bahwa tangisan itu adalah tangisan istrinya. Begitu sampai di ruang bersalin, agus melihat istrinya sedang menangis sambil memegang bayinya. 

"mas, kenapa kamu bawa aku ke rumah sakit ini, aku takut mas", kata nia sambil menangis. tanpa menjawab pertanyaan Nia, agus kemudian mengajak Nia secepatnya keluar dari ruang bersalin itu dan segera meninggalkan rumah sakit angker itu. 

Sambil mengendong bayi mereka, Agus membantu Nia berjalan keluar dari ruang bersalin. Ketika pasutri ini sampai di ruang pendaftaran pasien, Agus melihat ada dua sosok manusia berjalan menuju ke arah mereka, Agus secara spontan mengumandangkan azan, sambil terus melangkah bersama istri, sementara si cabang bayi terlelap dalam dekapannya. 

Dalam hatinya agus berkata "tidak mungkin aku mengajak istriku lari dalam kondisi begini, apapun yang terjadi aku harus hadapi, seingatku dulu ustad pernah berkata bahwa setan takut dengan suara kumandang azan". 

"siapa mereka mas, tanya Nia dengan suara pelan. "kamu baca ayat kursi ya, kita jalan terus"kata Agus. Dua sosok manusia itu pun terus berjalan ke arah pasutri ini, begitu sudah dekat, "pak, saya pemilik toko perlengkapan bayi tadi, terdengar suara dari salah satu sosok yang di lihat Agus dan Nia. 

Setelah jarak mereka semakin dekat, barulah Agus bisa dengan jelas melihat wajah wanita pemilik toko perlengkapan bayi yang dijumpainya tadi. 

"ini suami saya pak Ajis" kata pemilik toko. 

"ayo pak kita pergi dari sini" kata ajis. 

Agus tidak bisa berkata apa-apa saat itu, dia hanya menuruti saja kemauan Ajis dan istrinya, yang penting dirinya segera keluar dari rumah sakit ini. 

Malam itu akhirnya Agus tidur di rumah Ajis, dengan pertimbangan jarak ke rumah mereka cukup jauh, dan kasihan dengan kondisi Nia yang baru melahirkan dan juga kondisi cabang bayi. 

Keesokan paginya Agus menceritakan peristiwa yang dia alami kepada Ajis dan istrinya. Setelah menceritakan semua pengalamanya itu, Agus melihat raut wajah pasutri itu nampak biasa saja, tidak ada ekspresi takut atau ekspresi lainnya, Agus agak sedikit heran, padahal pengalamannya semalam sangat mencekam dan menyeramkan, bisa bikin bulu kuduk merinding.

"pak Agus, apa yang anda alami semalam itu, pernah dialami oleh pasutri lainnya, yang kebetulan menjadi pelanggan kami, kata Ajis, 

"makanya saat anda kembali ke toko kami untuk mengambil barang-barang yang anda beli, dan mengatakan istri anda di rawat di rumah sakit di sebelah SPBU, istri saya ini langsung berpikir , kalau rumah sakit yang anda maksud adalah rumah sakit tersebut, makanya malam itu kita inistiatif menjemput bapak, istri, dan dedek bayi", kata ajis lebih lanjut. 

"jadi sudah ada yang mengalami hal serupa sebelumnya"tanya Agus heran. 

"iya pak, ada tiga pasutri mengalami hal serupa" jawab Ajis. 

Lalu Ajis menceritakan bahwa rumah sakit itu sudah tiga tahun ini ditutup, setelah pemiliknya beserta anak istri meninggal dunia akibat kecelakaan mobil, tidak ada yang bisa meneruskan operasional rumah sakit, akhirnya rumah sakit itu ditutup. 

Dulunya rumah sakit ini terkenal memiliki pelayanan terbaik untuk persalinan, makanya ramai dikunjungi warga. bahkan seringkali pemilik rumah sakit membebaskan biaya rumah sakit, jika pasiennya tidak mampu membayar uang persalinan. 

Agus hanya terdiam mendengar cerita Ajis, separoh pikirannya masih terbayang peristiwa semalam. Agus bersyukur meski persalinan istrinya agak tidak lazim, namun istri dan anaknya selamat.         

No comments:

Post a Comment